Kisah Ashabul Ukhdud  

Posted by Abu Dzulfiqar in

Dahulu para raja mengandalkan para tukang sihir untuk memantapkan kekuasaan. Para tukang sihir bekerja menundukkan manusia kepada penguasa dengan tipuan dan taktik yang mereka lakukan. Lebih dari itu, tukang sihir merupakan pilar penopang tiang-tiang kekuasaan dan menegakkan para raja sebagai tuhan yang disembah selain Alloh.

Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kita bahwa ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir yang sudah berumur lanjut. Dia takut ilmunya lenyap, sehingga tukang sihir ini meminta kepada raja agar mengutus kepadanya seorang pemuda yang cerdas lagi pintar agar dia bisa mewarisi ilmu dan kesesatannya. Raja memenuhi permintaannya dan mengirim seorang pemuda kepadanya.

Pemuda ini melewati seorang pendeta manakala dia pulang pergi kepada penyihir. Pemuda ini duduk dan mendengar kepada sang pendeta. Pendeta ini memberikan taktik kepada si pemuda manakala penyihir mulai mencurigainya disebabkan seringnya dia terlambat setelah mampir pada sang pendeta. Pendeta ini berkata kepada pemuda, “Jika tukang sihir itu bertanya kepadamu tentang keterlambatanmu, maka jawablah keluargamu menahanmu. Jika keluargamu yang bertanya, maka katakan bahwa tukang sihir yang membuatmu terlambat.” Dengan ini pemuda itu terbebas dari celaan tukang sihir dan celaan keluarganya.
Suatu hari seekor binatang besar menghalang-halangi jalan orang-orang. Binatang besar ini mungkin binatang buas, seperti singa atau ular yang besar. Pemuda ini melihat bahwa inilah peluang untuk mengetahui kebenaran, apakah pendeta atau tukang sihir. Pemuda ini lalu mengambil batu dan melemparkannya kepada binatang buas itu sambil memohon kepada Tuhannya agar membunuh binatang itu jika perkara pendeta lebih dia cintai daripada perkara penyihir. Binatang itu ternyata mati akibat lemparan batunya. Maka orang-orang mengira bahwa pemuda ini membunuh binatang itu dengan sihirnya yang mumpuni.

Manakala pendeta mengetahui apa yang dilakukan oleh pemuda itu, ilmunya mengatakan kepada dirinya bahwa pemuda ini akan diuji. Pemuda ini tidak melakukan dakwah yang tenang seperti yang dilakukan oleh pendeta, akan tetapi perlawanan yang terbuka. Pendeta ini meminta kepada pemuda agar tidak menunjukkan namanya jika dia diuji. Seorang mukmin memohon keselamatan kepada Alloh. Tetapi jika  diuji, dia harus bersabar.
Alloh telah menyembuhkan orang-orang sakit lewat tangan pemuda ini. Dia menyembuhkan – dengan izin Alloh – kebutaan dan penyakit sopak. Dia menyampaikan kepada manusia bahwa penyembuh adalah Alloh, dan bahwa barangsiapa beriman kepada-Nya, maka Dia menyembuhkannya. Pemuda ini menjadikan pengobatan sebagai sarana penyebaran dakwah dan iman.

Salah seorang kepercayaan raja, di mana orang itu buta, mendengar berita tentang pemuda ini. Dia datang kepada pemuda ini dengan hadiah-hadiah besar agar  si pemuda mengobatinya. Pemuda ini memberitahukan kepadanya bahwa penyembuh adalah Alloh dan barangsiapa beriman kepada-Nya maka pemuda itu akan berdoa kepada-Nya hingga Dia menyembuhkannya. Orang kepercayaan raja ini beriman, maka pemuda itu berdoa dan dia bisa melihat kembali.
Orang buta ini yang telah normal kembali datang kepada majlis raja. Raja terkejut karenanya. Dia bertanya, “Siapa yang telah membuatmu melihat?” Orang ini menjawab, “Tuhanku.” Raja bertanya, “Adakah tuhan lain selain diriku?” Orang ini menjawab, “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Alloh.”

Raja murka. Dia mencium cikal bakal fitnah dalam ucapan laki-laki ini yang dapat mengancam kekuasaan dan kerajaannya. Raja thaghut ini telah mendudukkan dirinya sebagai tuhan yang disembah selain Alloh. Dia mengklaim bahwa dirinya adalah tuhan manusia. Tukang sihir dan para pembantu raja yang rusak bekerja siang malam untuk menancapkan keyakinan seperti ini di hati penduduk kerajaan ini. Oleh karena itu, hati raja tergoncang. Dia takut terhadap kekuasaan dan kerajaannya. Maka dia menangkap laki-laki itu dan terus menyiksanya sampai akhirnya dia menyebut nama pemuda itu.
Ketika pemuda itu dihadapkan kepada raja, raja mengira bahwa dia telah menguasai sihir yang sangat tinggi. Akan tetapi, akhirnya raja menyadari bahwa dugaannya meleset. Pemuda ini mengingkari sihir dan penyihir. Pemuda ini tidak memakai ilmunya untuk menopang kerajaannya dan menjadikan rakyat menjadi hamba raja. Pemuda ini mengajak kepada kekufuran kepada raja dan menyeru agar beriman kepada Alloh yang Maha Esa.

Raja ingin mengenal akar fitnah yang muncul di daerah kekuasaannya agar bisa mencabutnya. Maka dia menyiksa anak muda itu sampai dia menunjuk si pendeta. Apa yang ditakutkan oleh pendeta itu benar-benar terjadi padanya, padahal sebelumnya dia telah berpesan kepada pemuda itu agar tidak menyebut namanya jika dia diuji. Pendeta ini diuji agar meninggalkan agamanya tetapi dia menolak. Dia sabar di bawah siksaan. Tubuhnya digergaji oleh orang-orang zhalim hingga terbelah menjadi dua. Begitu pula nasib penasihat raja. Dua orang ini bersabar memikul siksaan. Begitulah laki-laki sejati pada saat menghadapi ujian dan cobaan, mereka membayar harga iman dengan hidup mereka.
Mereka, walaupun mati di depan kezhaliman dan kebengisan, akan tetapi pada hakikatnya mereka menang karena memperoleh ridha Alloh dengan itu, meraih Surganya, dan selamat dari Neraka-Nya. Dan pada hari Kiamat Alloh membalas untuk mereka dengan mencampakkan musuh-musuh mereka ke dalam Neraka.

Raja berusaha untuk membujuk pemuda itu agar meninggalkan agamanya. Raja melihat pemuda ini adalah laki-laki yang bisa diandalkan untuk memperkokoh kerajaannya jika pemuda ini membuang imannya. Pemuda ini memiliki keistimewaan-keistimewaan dan sifat-sifat, dan bisa jadi bapaknya termasuk punggawa kerajaan.
Raja tidak ingin membuat orang tuanya dan kaumnya marah. Manakala cara halus tidak berguna, raja berusaha membunuhnya dengan berbagai cara. Dalam setiap cara raja meminta bala tentaranya agar membawa pulang pemuda itu kepadanya, jika dia murtad dari agamanya. Raja mengira cara ini membuat pemuda itu takut lalu meninggalkan agamanya.

Suatu kali raja mengirim pemuda ini ke puncak gunung yang tinggi agar dilemparkan dari puncaknya ke lembah yang dalam. Pemuda ini berdoa kepada Tuhannya, maka gunung itu terguncang, dan bala tentara raja terjerembab menggelinding ke bawah, sementara pemuda itu pulang kepada raja dengan selamat. Pemuda ini menceritakan apa yang terjadi padanya dan bala tentara raja. Lalu raja mengirimnya dengan perahu ke tengah laut agar dia dibuang di tengah laut jika tidak murtad dari agamanya. Pemuda ini berdoa kepada Tuhannya, maka laut menelan bala tentara raja thaghut dan pemuda itu pulang dengan selamat kepada raja.
Kita lihat bahwa pemuda ini tidak berlari menghindari raja setelah Alloh menyelamatkannya. Bahkan dia kembali kepada raja untuk menantangnya. Hal ini karena pemuda ini tidak mencari keselamatan untuk dirinya, akan tetapi yang dia cari adalah pembelaan terhadap agama Alloh dan menjunjung tinggi kalimat-Nya.

Dan tentu saja orang-orang pasti mengikuti langkah-langkah pemuda ini. Mereka menunggu apa yang terjadi dengannya. Bisa jadi perbuatannya menjadi buah bibir di setiap pertemuan dan perkumpulan Lebih-lebih, pemuda ini menghadapi raja thaghut yang kejam tanpa rasa takut dan gentar. Orang-orang belum pernah menyaksikan hal ini. Raja seperti raja ini adalah raja yang bengis. Dia tidak segan-segan menumpahkan darah dan berbuat kerusakan di muka bumi.
Raja melihat kelemahan dirinya. Dia tidak berhasil membunuh pemuda itu, padahal dia telah mengklaim dirinya sebagai tuhan. Akhirnya pemuda itu menyampaikan cara yang dengannya raja bisa membunuhnya. Pemuda ini menegaskan bahwa cara apa pun untuk membunuhnya pasti gagal kecuali cara yang akan dia berikan.

Pemuda ini meminta raja mengumpulkan rakyat di satu tempat. Dia sendiri disalib di sebatang kayu lalu raja mengambil anak panah dari kantong sang pemuda dan melepaskannya sambil berucap, “Dengan nama Alloh, Tuhan pemuda ini.” Lalu panah pun dilepas.
Begitulah yang terjadi. Panah tepat menembus pelipis sang pemuda. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya lalu mati.

Pemuda ini mati setelah membeberkan cara membunuh dirinya kepada raja, dan setelah menegaskan kepada raja yang mengklaim diri sebagai tuhan bahwa dia tidak mungkin membunuhnya kecuali dengan cara yang telah diletakkannya. Pemuda ini meminta raja mengumpulkan rakyat di tanah lapang lalu mengambil anak panah, bukan sembarang anak panah, tetapi anak panah dari busur pemuda itu, lalu berkata, “Dengan nama Alloh Tuhan pemuda.” Kemudian lepaslah anak panah itu. Jika ini tidak dilakukan, maka raja akan tetap tidak mampu membunuhnya.
Jika ini terjadi pada saat sekarang, niscaya ada sebagian orang yang dangkal pemahamannya terhadap syariat yang menggugat perbuatan pemuda ini. Apakah dia boleh membeberkan cara membunuh dirinya kepada raja? Bukankah itu berarti bunuh diri? Mungkin sebagian orang yang minim ilmunya akan beranggapan demikian.

Bunuh diri adalah perbuatan seseorang yang putus asa dan berlari dari kehidupan. Lain dengan pemuda ini dan yang sepertinya, mereka mengorbankan diri mereka demi menyebarkan iman dan Islam, melawan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat, orang-orang kafir, dan orang-orang zhalim.
Pemuda ini tidak bodoh mencari mati. Dia rela mati dengan cara seperti ini, karena dia mencari iman manusia. Orang-orang selalu mengikuti perkembangan sepak terjangnya. Pemuda ini ingin membongkar tembok pembatas yang membuat rakyat takut menghadapi para thaghut yang merusak. Ketakutan terhadap kematian menghalangi manusia mengikuti kebenaran dan menyuarakannya. Pemuda ini datang untuk memberi contoh bagi rakyat. Dia mengorbankan dirinya, padahal dia selalu terjaga dari raja dan para pengikutnya. Mereka tidak bisa sedikit pun mencelakainya, lalu dia membocorkan suatu cara yang dengannya raja bisa membunuhnya.

Hanya sesaat setelah pemuda itu mati, raja pun bernafas lega. Menurut perkiraannya, dia telah memadamkan fitnah dan mencabut akarnya. Tiba-tiba para prajuritnya tergopoh-gopoh melapor, “Apa yang engkau takutkan telah terjadi. Rakyat telah beriman.”
Apa yang dicari dan diinginkan oleh pemuda itu telah terwujud. Pemuda ini telah merobohkan sekat penghalang yaitu rasa takut pada diri rakyat. Sekarang mereka tidak lagi peduli kepada raja dan bala tentaranya. Pengorbanan di jalan Alloh menjadi impian orang-orang yang bertauhid.

Kemarahan raja memuncak melebihi batas-batasnya. Raja memerintahkan agar parit-parit digali dan api dinyalakan di dalamnya. Setiap yang kokoh mempertahankan agamanya, maka dia harus dilepaskan ke dalamnya atau dia sendiri yang mencebur. Orang-orang rela dengan Neraka dunia untuk melindungi diri mereka dari Neraka Akhirat.

Manakala ada seorang wanita yang enggan untuk masuk ke dalam api dan dia hampir mundur, tiba-tiba Alloh membuat anaknya bisa berbicara. Dia meminta ibunya agar bersabar, karena dia berada di atas kebenaran. Itu menjadi tanda besar yang dengannya Alloh meneguhkan hati orang-orang mukmin.
Alloh  telah menyampaikan berita Ashabul Ukhdud dalam surat Al-Buruj. Apa yang dilakukan oleh orang-orang zhalim lagi lalim terhadap orang mukmin. Alloh menjelaskan bahwa sebab dibakarnya orang-orang mukmin adalah karena iman mereka.

“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Alloh Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al-Buruj: 8-9)

Begitulah orang-orang zhalim dan para thaghut membakar rakyat jika mereka membelot dari jalan yang telah mereka rumuskan. Perkara paling penting dan utama adalah tegaknya kerajaan mereka agar mereka tetap berkuasa. Jika tidak, maka mereka akan membakar yang basah maupun yang kering dan menghancurkan segala sesuatu.

This entry was posted on Jumat, 04 November 2011 at 22.28 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar